Selasa, 04 Februari 2014

SENI TEATER!! \(^_^)/


SENI TEATER

A. Pengertian
            Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
B. Sejarah Teater
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan  bahwa  teater  sudah  ada  sejak  abad  kelima  SM.  Hal  ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun  525-456 SM.  Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim.

C. Unsur Teater
1. Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
2. Gerak  sebagai unsur  penunjang  (gerak  tubuh,gerak  suara,gerak  bunyi dan gerak      rupa)
3. Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
4. Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
5. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
6. Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)

D.  Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya :
a.  Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang   kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b.  Teater Keraton yaitu   Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan   terbatas  dengan   tingkat   artistik   sangat   tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewadewa . Contoh : teater Wayang

c.  Teater  Urban  atau  kota-kota.  Teater  ini    Masih  membawa  idiom bentuk rakyat dan keraton . teater jenis ini   lahir dari kebutuhan yang timbul    dengan    tumbuhnya    kelompok-kelompok    baru    dalam masyarakat    dan  sebagai  produk  dari  kebutuhan  baru  ,  sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d.  Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan  sebagai  tipe  melainkan  sebagai  individu .  dalam  dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung    teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang  menggeluti  teater  secara  serius  mengabdikan  hidupnya  pada teater  dengan  melakukan  pencarian,  eksperimen  berbagai  bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
E. Teater Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.

- Ketoprak dari Yogyakarta
- Ludruk dari Surabaya
- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta
- Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
- Mamanda dan Wayang Gong dari Kalimantan Selatan
- Mak Yong dan Mendu dari Riau
- Masres dari Indramayu
Randai dari Sumatera Barat
Dulmulk dari Sumatera Selatan
- Bangsawan dari Sumatera Utara
- Anak Ari dari Nusa Tenggara
- Arya Barong Kecak dari Bali


 Ciri-ciri Teater Tradisional :
Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),
2. Pementasan sederhana,
3. Ceritanya turun temurun.
Teater Modern
Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari, atau karya sastra.
contoh Teater Modern :
a. drama
Salah satu sinetron yang paling dikenal di Indonesia
b. teater
c. sinetron
d. film

 Ciri-ciri Teater Modern
- Panggunga tertata
- Ada pengaturan jalan cerita
- tempat panggung tertutup





Kelompok teater modern di Indonesia :
1. Teater Gandrik didirikan di Mantrijeron, Yogyakarta12 September 1983 oleh Heru Kesawa MurtiSusilo Nugroho, Alm Saptaria Handayaningsih serta Jujuk Prabowo. Teater Gandrik diakui keberadaannya setelah memenangkan juara pertama dalam Festival Pertunjukan Rakyat tingkat daerah. Pada waktu itu Kasiharto SH, Camat Mantrijeron Yogyakarta, mengungkapkan kekagetannya ketika kelompok sandiwara yang mewakili wilayahnya itu memenangkan juara pertama Festival Pertunjukan Rakyat tingkat Daerah. “Gandrik, kalian menang ta ?”. “Gandrik” yang dalam idiom budaya Jawa merupakan ungkapan kekagetan di waktu mendengar petir menggelegar[1].
Setelah itu Gandrik semakin memantapkan langkahnya dalam Festival Pertunjukan Rakyat Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Penerangan RI. Ketika itu, Jujuk Prabowo sebagai sutradara, Heru Kesawa Murti sebagai penulis naskah termasuk juga pemain, Novi Budianto sebagai penata musik, dan Saptaria Handayaningsih, Neneng Suryaningsih, Susilo Nugroho,Sepnu Heryanto serta Kartono turut mendukung sebagai para pemain. Lakon yang digelar saat itu adalah "Kesandung" karya Fadjar Suharno dan "Meh" karya Heru Kesawa Murti.
2. Teater Garasi (didirikan di Yogyakarta4 Desember 1993). Kelompok ini dikenal menghasilkan beragam karya teater dan pertunjukan eksperimental yang dipentaskan di dalam dan luar negeri. Sebagai artist-collective, kelompok ini beranggotakan belasan seniman Indonesia kontemporer, di antaranya: Yudi Ahmad Tajudin (sutradara, Direktur Artistik Teater Garasi), Gunawan Maryanto(penyair, sutradara), Jompet Kuswidananto (perupa), Ugoran Prasad (pengarang, dramaturg), Risky Sasono (musisi, anggota Risky Summerbee and The Honeythief), Naomi Srikandi (sutradara, aktor), Yennu Ariendra (musisi, anggota Melancholic Bitch), Sri Qadariatin (aktor/performer), dan Theodorus Christanto (aktor/performe
3. Teater Koma (didirikan di Jakarta1 Maret 1977) oleh 12 pekerja teater; N. RiantiarnoRatna MadjidRima MelatiRudjitoJajang PamontjakTiti QadarsihSyaeful AnwarCini GoenarwanJimi B. ArdiOtong LenonZaenal Bungsu dan Agung Dauhanadalah[1] sebagai salah satu kelompok teater Indonesia yang memiliki reputasi cukup bagus, dengan tokoh sentral N Riantiarno. Hingga 2007, Teater Koma sudah menggelar 111 pementasan, baik di televisi maupun di panggung. Sering juga melakukan kiprah kreativitasnya di Pusat Kesenian JakartaTaman Ismail MarzukiTVRIdan Gedung Kesenian Jakarta. Perkumpulan kesenian yang bersifat non-profit, ini mengawali kegiatan dengan 12 seniman (kemudian disebut sebagai Angkatan Pendiri). Kini, kelompok ini didukung oleh sekitar 30 anggota aktif dan 50 anggota yang langsung bergabung jika waktu dan kesempatannya memungkinkan
Kiprah Teater Koma
Teater Koma merupakan kelompok teater independen dan bekerja lewat berbagai pentas yang mengkritik situasi-kondisi sosial-politik di tanah air. Dan sebagai akibat, harus menghadapi pelarangan pentas serta pencekalan dari pihak yang berwewenang. Berbagai upaya juga dilakukan lewat ‘program apresiasi’ (PASTOJAK, Pasar Tontonan Jakarta, yang digelar selama sebulan penuh di PKJ-TIM, Agustus 1997, diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari dalam dan luar negeri). Kelompok senantiasa berupaya bersikap optimistis. Berharap teater berkembang dengan sehat, bebas dari interes-politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan berbagai kalangan masyarakat.
Teater Koma yakin, teater bisa menjadi salah satu jembatan menuju suatu keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi. Jujur, bercermin lewat teater, diyakini pula sebagai salah satu cara untuk menemukan kembali akal sehat- budi-nurani. Teater Koma adalah kelompok kesenian yang konsisten dan produktif. Juga tercatat memiliki banyak penonton setia. Pentas-pentasnya sering digelar lebih dari 14 hari.


4. Bengkel Teater : WS Rendra







Drama Tari Jawa Langendriyan


Langendriyan adalah kesenian Jawa yang berbentuk drama tari. Apabila Langendriyan dibandingkan dengan wayang orang yang juga satu bentuk drama tari, tetap memiliki perbedaan.Perbedaan itu tampak pada bentuk dialog yang digunakan. Bentuk pertunjukkan wayang orang pada umumnya menggunakan dialog antawacana (percakapan biasa) dan kadang-kadang ada sedikit tembangnya, sedangkan Langendriyan semua dialognya menggunakan tembang

Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa Langendriyan adalah dramatari dengan menggunakan dialog tembang. Artinya pemeran tokoh dalam cerita Langendriyan ketika berdialog menggunakan tembang macapat, yang kadang-kadang dalam satu pupuh tembang dibawakan oleh seroang saja, tetapi terkadang juga dibawakan oleh lebih dari satu orang secara bergantian.

Dialog dalam Langendriyan sangat erat kaitannya dengan nilai sastra. Jalinan cerita tercipta melalui urutan tembang sehingga memiliki nilai sastra yang sangat tinggi.Menganalisis naskah Langendriyan kemudian mempublikasikannya di hadapan pembaca kekinian tentu sebuah usaha yang sangat perlu. Nilai-nilai positif yang terkandung di dalam naskah Langendriyan biasa dijadikan pembelajaran karena tetap relevan dengan persoalan berbangsa di era sekarang. 


Salah satu naskah Langendriyan yang berpotensi dikaji adalah Ranggalawe Gugur.Cerita alam Ranggalawe Gugur adalah perjuangan seorang  senapati Majapahit dalam membela kerajaan.Nilai-nilai kepahlawanan yang diajarkan Ranggalawe dapat dijadikan teladan bagi seluruh lapisan masyarakat, utamanya para pejabat yang mengemban amanah membesarkan bangsa Indonesia ini.


Kesenian ini memiliki catatan sejarah yang cukup unik.Diceritakan saat mangkunegaraan dipimpin oleh KGPAA IV, terdapat sebuah pabrik batik besar yang dimiliki oleh seorang berketurunan Jerman bernama Mr. Gottlieb. Versi Kasunanan Surakarta diceritakan bahwa tradisi ini bermula dari tradisi 'ura-ura' atau menembang  yang dilakukan oleh buruh batik di perusahaan batik milik Godlieb di daerah Pasar Pon, Solo, pada masa Mangkunegoro IV (1853-1881) oleh Raden Mas Haria Tanda kusuma, menantunya. Sedangkan menurut Kasultanan Yogyakarta Langendriyan ini diciptakan oleh Raden Tumenggung Purwaduningrat dan KGPAA Mangkubumi, putera Sri Sultan Hamengkubuwono VI (1876). Perkembangan langendriyan di istana Mangkunagaran juga tidak dapat dilepaskan dari peranan Mangkunagara IV.

 Langendriyan yang diciptakan oleh Raden Mas Arya Tandhakusuma, pada mulanya merupakan suatu bentuk kesenian yang dibuat di luar tembok istana Mangkunagaran atas inisiatif Von Gottlieb, seorang pengusaha batik berkebangsaan Jerman di Surakarta sebagai persembahan kepada Mangkunagara IV. Oleh karena Mangkunagara  IV sangat berkenan terhadap sajian langendriyan yang diperagakan oleh para pekerja batik wanita, ia kemudian berkeinginan untuk mengembangkannya menjadi kesenian istana (Drewes, 1974: 208 dan Relung Pustaka, 1970: 43). 

Langendriyan yang membawakan cerita Damarwulan dan langenmandrawanaran yang membawakan cerita Ramayana merupakan dua bentuk kesenian yang juga lahir di luar tembok keraton, masing-masing diciptakan oleh Raden Tumenggung Purwadiningrat pada tahun 1876 dan Kangjeng Pangeran Harya Yudanagara (PatihDanureja VII) pada tahun 1890, dalam pementasan di keratin dilakukan dengan posisi jongkok (jengkeng) (Suharto, dkk., 1999: 17-18).

Seni Origami❤

SENI MELIPAT KERTAS KHAS JEPANG : ORIGAMI


Pengertian Origami

         Origami (折り紙, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern.
Gb1 membuat Origami


     Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.

   Secara umum untuk membuat origami kita bisa menggunakan kertas biasa namun kebanyakan origami di Jepang menggunakan kertas khusus untuk origami. Perbedaan antara kertas biasa dan kertas origami hanyalah dari segi design dan warna saja yang sangat beragam sehingga membuat origami menjadi semakin indah dan sama sekali tidak berhubungan dengan teknik seperti lipatan kertas menjadi lebih mudah dan sebagainya.


Perkembangan Origami di Indonesia


Di Indonesia sendiri origami bisa dikatakan memiliki ruang khusus bagi penggemarnya. Sejak di Play Group hingga taman kanak-kanak (TK), pelajaran keterampilan melipat kertas sudah diajarkan. Tapi beranjak dewasa, seni keterampilan itu tidak lagi dipelajari di sekolah, lambat laun orang mulai melupakan seni lipat ini. Namun diluaran, seni melipat kertas justru berkembang pesat, bahkan menjadi nilai tersendiri yang bernilai seni.




Seni melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud bisa berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu. Dalam membuat origami dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan ketekunan.

"Anda bisa menciptakan berbagai bentuk sesuai keinginan melalui teknik origami. Seni origami sangat menyenangkan. Hal itu membuat origami sebagai salah satu seni kerajinan tangan yang berkembang cepat di dunia. Selain menyenangkan, kegiatan ini memiliki banyak manfaat lain, di  antaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik halus anak. Pasalnya, membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf otak akan bekerja dengan baik. Tentu saja, dampaknya akan positif bagi perkembangan otak."